Candra Suci Ika Hapasari
Guru Bahasa Jawa SMA Negeri 2 Pemalang
Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya juga dapat diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Indonesia memiliki banyak budaya di setiap daerahnya, termasuk dalam masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa kaya akan budaya, salah satunya adalah budaya wewaler atau sering dikenal dengan gugon tuhon.
Wewaler merupakan pitutur luhur yang disampaikan oleh para leluhur yang berisi ajaran berkaitan dengan etika, sopan-santun, serta pitutur tentang agama atau ketuhanan. Wewaler atau gugon tuhon dalam masyarakat Jawa berisi larangan atau pantangan, yang ditandai dengan kata larangan yaitu “aja/ora ilok” selain kata larangan di dalam gugon tuhon sering diimbuhi dengan kata-kata yang bertujuan untuk menakut-nakuti agar masyarakat Jawa mematuhi dan tidak melanggar pitutur tersebut. Pitutur atau nasihat dalam wewaler atau gugon tuhon disampaikan secara lisan. Nasihat dalam gugon tuhon tersebut sering dirahasiakan makna atau tujuan sebenarnya, dengan kata lain tidak disampaikan secara terus terang namun diganti dengan hal yang menakutkan supaya pitutur tersebut tidak dilanggar.
Dalam pembelajaran bahasa Jawa kelas XII di SMA Negeri 2 Pemalang terdapat materi budaya wewaler. Dalam proses pembelajaran agar peserta didik tidak bosan mempelajari materi budaya wewaler, menjadi tantangan tersendiri untuk para pendidik, karena materi yang dianggap kuno, sehingga para peserta didik tidak semangat mempelajarinya, maka diperlukan adanya variasi dalam pembelajaran. Salah satunya dengan memilih metode yang tepat.
Menurut Heri Rahyubi (2012: 236) “metode adalah suatu model cara yang dapat dilakukan untuk menggelar aktivitas belajar-mengajar agar berjalan dengan baik”. Banyak metode yang bisa digunakan dalam pembelajaran materi wewaler untuk menarik perhatian peserta didik, salah satunya adalah metode role playing.
Nurgiansyah (2021:2) mengatakan metode role playing atau dikenal dengan bermain peran merupakan salah satu bentuk drama. Dalam metode ini, peserta didik diminta untuk bermain suatu drama, secara spontan untuk memperagakan peran-perannya dalam berinteraksi. Peran yang dilakukan berhubungan dengan masalah maupun tantangan dan hubungannya dengan manusia.
Kelebihan atau manfaat metode role playing menurut (Huda, 2010:210-211) yaitu: 1. Dapat memberi kesan pembelajaran yang kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. 2. Bisa menjadi pengalaman belajar menyenangkan yang sulit dilupakan. 3. Membuat suasana kelas menjadi lebih dinamis dan antusiastis.
Metode role playing ini pada umumnya dilakukan oleh kelompok. Peserta didik mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Bermain peran dalam proses pembelajaran ditujukan agar peserta didik dapat mendramatisasi tingkah laku. Metode bermain peran dapat menimbulkan pengalaman belajar, seperti kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterpretasi suatu kejadian.
Dalam pembelajaran budaya wewaler dengan menggunakan metode role playing peserta didik berperan sesuai dengan membawakan wewaler yang sudah didiskusikan dengan kelompoknya dan dibentuk naskah drama. Sehingga semua siswa ikut berperan aktif tidak hanya menonton. Dan pembelajaranpun terasa menyenangkan tidak monoton.
Berdasarkan pengalaman mengajar Bahasa Jawa di SMA Negeri 2 Pemalang pada materi budaya wewaler dengan menggunakan metode role playing, peserta didik sangat antusias dan menghasilkan hasil yang positif. Selain mendapat nilai yang bagus peserta didik juga mendapatkan kesan tersendiri sebagai usaha untuk melestarikan budaya Jawa yakni wewaler yang ada di masyarakat.